ZAINULLAH HUSNAN

Tulis, Silat, Pengobatan, komunikasi, dan Spiritual

Full-Width Version (true/false)

LightBlog

Selasa, 23 Juli 2013

FESTIVAL PENCAK SILAT MALIOBORO JOGJAKARTA

Jum’at pagi 12 anggota perguruan Bayu Suci berangkat ke kota Gudeg Jogjakarta untuk mengikuti kirab Festival Pencak Silat Malioboro. Karena beberapa kendala 4 dari 12 orang tidak bisa ikut kereta sehingga mereka dengan terpaksa harus berangkat dengan angkutan lain.

Tepat pukul 08.00 Kereta Malioboro Express berangkat, sepanjang perjalanan Pohon-pohon seakan berlarian serta sungai-sungai berkelok-kelok laksana ular, mungkin ini biasa bagi sebagaian orang namun bagi saya ini pengalaman pertama menikmati pemandangan alam dari dalam kereta. Saya cukup menikmati perjalanan walaupun sesekali tidur, tak terasa delapan jam berlalu kami pun tiba di stasiun Tugu Yogjakarta diiringi hujan rintik-rintik. Tak lama kemudian dua mobil datang menjemput kami dan langsung menuju tempat workshop silat yang diadakan perguruan silat Inti Ombak di Universitas Gadjah Mada. 

Sampai di tempat acara, sedikit rasa malu menyeruak melihat instruktur workshop banyak dari orang-orang Amerika, sementara saya sebagai orang Indonesia tempat asal pencak silat belum mampu seperti mereka. Saya dan mungkin kita sebagai sebuah bangsa perlu untuk mengkoreksi diri kenapa kita terlambat untuk maju? Jepang besar dengan semangat samurai, cina digdaya dengan nilai-nilai bela dirinya serta banyak negara-negara besar karena budaya luhur nenek moyang mereka tidak pernah luntur. Seseorang bisa besar dan maju jika ia menghargai dirinya, identitas kita sebagai pribadi dan sebuah bangsa adalah budaya, oleh sebab itu menghargai dan melestarikan budaya menjadi keniscayaan bagi bangsa yang ingin maju.

Banyak nilai luhur yang bisa diambil dari Pencak silat sebagai produk budaya, banyak filosofi silat yang bisa digali, dalam filosofi jawa pencak silat memberikan makna hidup yang dalam, PEN yaitu ngePENke yang artinya bersungguh-sungguh, CAK yaitu ngeCAKe yang berarti mengamalkan, SI yaitu isi yang berarti muatan atau makna, LAT yaitu ilat (lidah) atau ucapan. Pencak silat berarti ngepenke, ngecake isining ilat yang mempunyai makna kita harus bersungguh-sungguh dalam mengamalkan semua ucapan yang telah terucap. Disini pencak silat menitik beratkan pada rasa tanggung jawab dalam berucap untuk selalu berbuat. 

Masih banyak nilai filosofi dan spiritual yang bisa digali dari pencak silat, leluhur kita menciptakan pencak silat dengan perenungan yang mendalam sehingga gerak serta nama-nama jurus dalam pencak silat mengandung nilai filosofis dan spiritual yang sangat dalam. Ini sebagai bukti bahwa pencak silat dicipta untuk menyampaikan sebuah ajaran yang luhur.

Noryanto A. Dhipuro dalam workshop silat pada hari sabtu 1 juni menjelaskan  bahwa dalam silat kita bisa belajar tentang tanggung jawab, integritas serta nilai persaudaraan dan gotong royong. Nilai-nilai yang selama ini telah diganti dengan keserakahan sehingga korupsi menggerogoti di setiap sendi-sendi kehidupan.

Sebenarnya pemerintah tidak usah dibingungkan dengan kurikulum pendidikan karakter yang menelan biaya miliaran rupiah, lebih baik uang itu digunakan untuk pelestarian seni tradisi seperti pencak silat, karena karakter bangsa bisa dibangun dari seni tradisi yang sudah ada seperti pencak silat. Pencak silat ada bukan hanya sebagai olahraga dan pertahankan diri saja namun yang utama untuk mentransformasikan nilai-nilai luhur yang bisa membentuk pribadi-pribadi unggul yang berpendirian kuat.

Namun apa boleh dikata kirab yang dihadiri sekitar 5000 pesilat dari berbagai perguruan yang ada di tanah air dan manca negara masih kalah sexy dari Fathanah dan perempuan-perempuan temannya sehingga hanya segelintir media yang meliput kirab yang dilaksanakan selama dua hari  itu.

Hari pertama festival, Sabtu tanggal 1 juni 2013 sekitar pukul 10 pagi acara dibuka dengan workshop silat yang dihadiri oleh peserta dari dalam dan luar negeri. Workshop ini memperkenalkan gerakan-gerakan silat dari perguruan Garis Paksi, Chakra V, Cikalong, Gerak Gulung Budidaya dan ditutup dengan pelatihan hypnosis dan filosofi pencak silat oleh bapak Noryanto A. Dhipuro guru besar perguruan Bayu Suci Malang.

Acara dilanjutkan pada malam Minggu yang bertempat di monumenn 11 Maret titik 0 kilometer, puluhan perguruan menampilkan jurus-jurus silat termasuk kami dari perguruan Bayu Suci, acara ini diperuntukkan saudara kami bapak Oong Maryono yang meninggal sebulan sebelum kirab, salah satu orang yang berjasa memperkenalkan dan melestarikan pencak silat sampai dikenal di seluruh dunia. Ia adalah salah satu orang yang memprakarsai berdirinya Paseduluran Angkringan Silat (PAS) yang mengadakan acara kirab festival Silat Malioboro ini, mas Arif dari PAS menuturkan bahwa kirab ini sabagai salah satu perwujudan mimpi pak Oong untuk melestarikan silat bahkan kalau bisa silat supaya menjadi identitas kota Yogyakarta. Acara inti diakhiri dengan doa oleh Nuryanto A. Dhipuro dan dilanjutkan dengan guyuran hujan serta penampilan silat dari berbagai perguruan sampai jam 11 malam. 

Hari kedua tanggal 2 Juni jam 10 kirab dimulai dari jalan Abu Bakar Ali melintasi jalan malioboro menuju titik nol, ribuan pesilat kirab dengan sesekali menampilkan jurus-jurus di sepanjang Jalan Malioboro. Sebelum melakukan kami kami menyempatkan diri foto-foto bersama perguruan lain. Sepanjang pawai menuju titik nol, kami menjadi sorotan penonton untuk foto bersama karena salah satu anggota kami dari Jakarta berkebangsaan Belgia ikut bergabung, Valentino bergabung dengan kami sehari sebelum kirab, disusul teman-teman yang tidak bisa ikut kereta kemarin.

Di titik nol kami menampilkan jurus-jurus Bayu Suci, serta satu hal yang patut dibanggakan kami menampilkan gellok-gellok’an salah satu budaya asli tempat asal saya, kangean, dan ditonton ribuan orang dari seluruh nusantara dan mancanegara.

Terimakasih untuk teman-teman PAS yang telah menyelenggarakan festival Silat Malioboro ini, jerih payah kalian semoga dibalas oleh Tuhan yang kuasa. Bagi saya ini bukan hanya langkah pelestarian seni tradisi semata namun lebih dari itu banyak hal yang saya pelajari secara personal. Pertemuan saya dengan teman-teman pesilat dari nusantara telah mengajarkan saya arti hidup sebagai seorang pesilat. persaudaraan, disiplin, serta kesungguhan menekuni sesuatu menjadi oleh-oleh dari kota gudeg. Akhirnya bagi saya yang utama pengalaman ini menjadi pemantik kesadaran untuk lebih baik secara kualitas keahlian dan spiritual. Filososfi silat minang mengatakan lahir silat mencari kawan, batin silat mencari Tuhan. salam  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar