ZAINULLAH HUSNAN

Tulis, Silat, Pengobatan, komunikasi, dan Spiritual

Full-Width Version (true/false)

LightBlog

Minggu, 25 Maret 2018

SIAP MEMUKUL, SIAP DIPUKUL

Selain saya menekuni silat,  Saya bekerja free lance sebagai seorang penjual di sebuah perusahaan swasta. Saya sadar bahwa silat ada hubungannya dengan pekerjaan saya, pengalaman bertahun-tahun saya sebagai penjual telah menempa kesadaran saya bahwa penjual handal punya kunci jitu yang penting setiap berjualan. Diterima atau ditolak oleh pelanggan mereka punya perasaan sama, ditolak tidak sedih diterima atau closing tidak gembira berlebihan. Saya harus mampu menempatkan perasaannya berada di tengah
Saya menemukan dalam belajar silat, di awal-awal saya belajar silat saya takut terkena pukulan, saya takut di banting bahkan wajah saya memerah saat terkena pukulan atau dibanting menahan amarah sehingga kadang gerakan saya berdasarkan insting semata karena nafsu tidak ingin kalah. Sudah tidak ada tehnik, kaidah, dan mekanisme gerak yang terlihat indah, justru seperti orang-orang yang berkelahi di jalanan. Saat dikunci saya berontak sehingga energi saya habis untuk melayani ego saya.
Setahun, dua tahun dan sampai saat ini, setelah melalui berbagai pukulan, bantingan, kuncian akhirnya saya merasa nyaman artinya saya sudah tidak khawatir terkena pukulan. Tapi bukan berarti saya membiarkan pukulan begitu saja masuk ke badan saya namun saya menyadari bahwa belajar silat harus siap dipukul, dibanting dan dikunci. Saat harus memukul, menendang, menangkis dan mengunci pun harus siap karena pukulan, kuncian, bantingan, tendangan adalah bagian dari silat yang sudah menjadi konsekuensi yang harus diterima. Seperti pengalaman saya menjual tadi, ada penolakan dan penerimaan. Kalau tidak mau ditolak jangan menjual, kalau tidak mau terkena pukulan tidak usah belajar silat.
Setelah saya menerima untuk dipukul, saya bisa untuk menghindar dan menangkis, setelah saya menerima untuk dibanting, saya bisa menjatuhkan diri dengan aman, setelah saya menerima untuk dikunci, saya bisa untuk membuka kuncian. Dalam sesi latihan wajib guru saya berkata”kamu tidak akan menjadi ahli silat jika kamu takut dipukul”.
Dalam sesi latihan yang lain beliau juga mengulang pesan guru beliau” jangan belajar silat jika takut untuk membunuh”. pesan ini bukan untuk menjadikan kami murid-muridnya kejam tapi pesannya adalah jadilah tegas saat dibutuhkan tegas, jadilah lembut saat dibutuhkan lembut.
Akhirnya saya ucapkan terima kasih guru, dari belajar silat saya belajar kehidupan.
Malang, 06 Desember 2017        

Tidak ada komentar:

Posting Komentar