Selain
saya menekuni silat, Saya bekerja free
lance sebagai seorang penjual di sebuah perusahaan swasta. Saya sadar bahwa
silat ada hubungannya dengan pekerjaan saya, pengalaman bertahun-tahun saya
sebagai penjual telah menempa kesadaran saya bahwa penjual handal punya kunci
jitu yang penting setiap berjualan. Diterima atau ditolak oleh pelanggan mereka
punya perasaan sama, ditolak tidak sedih diterima atau closing tidak gembira
berlebihan. Saya harus mampu menempatkan
perasaannya berada di tengah
Saya menemukan dalam belajar silat, di awal-awal saya
belajar silat saya takut terkena pukulan, saya takut di banting bahkan wajah
saya memerah saat terkena pukulan atau dibanting menahan amarah sehingga kadang
gerakan saya berdasarkan insting semata karena nafsu tidak ingin kalah. Sudah
tidak ada tehnik, kaidah, dan mekanisme gerak yang terlihat indah, justru
seperti orang-orang yang berkelahi di jalanan. Saat dikunci saya berontak
sehingga energi
saya habis untuk melayani ego saya.
Setahun,
dua tahun dan sampai saat ini, setelah melalui berbagai pukulan, bantingan,
kuncian akhirnya saya merasa nyaman artinya saya sudah tidak khawatir terkena
pukulan. Tapi bukan
berarti saya membiarkan pukulan begitu saja masuk ke badan saya namun saya
menyadari bahwa belajar silat harus siap dipukul, dibanting dan dikunci. Saat
harus memukul, menendang, menangkis dan mengunci pun harus siap karena pukulan,
kuncian, bantingan, tendangan adalah bagian dari silat yang sudah menjadi
konsekuensi yang harus diterima. Seperti pengalaman saya menjual tadi, ada
penolakan dan penerimaan. Kalau tidak mau ditolak jangan menjual, kalau tidak
mau terkena pukulan tidak usah belajar silat.
Setelah
saya menerima untuk dipukul, saya bisa untuk menghindar dan menangkis, setelah
saya menerima untuk dibanting, saya bisa menjatuhkan diri dengan aman, setelah
saya menerima untuk dikunci, saya bisa untuk membuka kuncian. Dalam sesi
latihan wajib guru saya berkata”kamu tidak akan menjadi ahli silat jika kamu
takut dipukul”.
Dalam
sesi latihan yang lain beliau juga mengulang pesan guru beliau” jangan belajar
silat jika takut untuk membunuh”. pesan ini bukan untuk menjadikan kami
murid-muridnya kejam tapi pesannya adalah jadilah tegas saat dibutuhkan tegas,
jadilah lembut saat dibutuhkan lembut.
Akhirnya
saya ucapkan terima kasih guru, dari belajar silat saya belajar kehidupan.
Malang,
06 Desember 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar